PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia merupakan
suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman didalam berbagai aspek
kehidupan . Bukti nyata adalah kemajemukkan diidalam masyarakat kita terlihat
dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia . Tidak dapat kita pungkiri bahwa
kebudayaan merupakan hasil cipta , rasa , karsa manusia yang menjadi sumber
kekayaan bagi bangsa Indonesia .
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayan . Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat ini berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat .
Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia .Tiap suku bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri khas keudayaan yang berbeda-beda . Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa . Sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia , suku Sunda memiliki karakteristik yang membedakannya dengan suku lain . Keunikan karakteristik suku Sunda ini tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama , mata pencaharian , kesenian dan sebagainya .
Suku Sunda dengan sekelumit
kebudayaannya merupakan salah satu hal yang menarik untuk dipelajari dalam
bidang kajian mata kuliah Ilmu budaya Dasar yang menjadi bekal ilmu pengetahuan
bagi kita .
A. SISTEM INTERAKSI
DALAM SUKU SUNDA
Jalinan hubungan antara individu- individu dalam masyarakat suku
Sunda dalam kehidupan sehari- hari berjalan relatif positif. Apalagi masyarakat
Sunda mempunyai sifat someah hade ka semah. Ini terbukti banyak pendatang tamu
tidak pernah surut berada ke Tatar Sunda ini, termasuk yang enggan kembali ke
tanah airnya. Lebih jauh lagi, banyak sekali sektor kegiatan strategis yang
didominasi kaum pendatang. Ini juga sebuah fakta yang menunjukkan bahwa orang
Sunda mempunyai sifat ramah dan baik hati kepada kaum pendatang dan tamu.
Diakui pula oleh etnik lainnya di negeri ini bahwa sebagian besar
masyarakat Sunda memang telah menjalin hubungan yang harmonis dan bermakna
dengan kaum pendatang dan mukimin. Hal ini ditandai oleh hubungan mendalam
penuh empati dan persahabatan tidaklah mengherankan bahwa persahabatan, saling
pengertian, dan bahkan persaudaraan kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari
antara warga Sunda dan kaum pendatang. Hubungan urang Sunda dengan kaum
pendatang dari berbagai etnik dalam konteks apa pun-keseharian, pendidikan,
bisnis, politik, dan sebagainya-dilakukan melalui komunikasi yang efektif. Akan
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kesalahpahaman dan konflik antarbudaya
antara masyarakat Sunda dan kaum pendatang kerap terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Yang menjadi penyebab utamanya adalah komunikasi dari
posisi-posisi yang terpolarisasikan, yakni ketidakmampuan untuk memercayai atau
secara serius menganggap pandangan sendiri salah dan pendapat orang lain benar.
Perkenalan pribadi, pembicaraan dari hati ke hati, gaya dan ragam
bahasa (termasuk logat bicara), cara bicara (paralinguistik), bahasa tubuh,
ekspresi wajah, cara menyapa, cara duduk, dan aktivitas-aktivitas lain yang
dilakukan akan turut memengaruhi berhasil tidaknya komunikasi antarbudaya
dengan orang Sunda. Pada akhirnya, di balik kearifan, sifat ramah, dan baik
hati orang Sunda, sebenarnya masih sangat kental sehingga halini menjadi penunjang
di dalamterjalinnya system interaksi yang berjalan harmonis.
B. STRATIFIKASI SUKU
SUNDA
Masyarakat Jawa Barat, yaitu masyarakat Sunda, mempunyai ikatan
keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat tergantung pada penilaian
masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan keputusan, seperti terhadap
perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat lepas dari keputusan yang
ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam masyarakat yang lebih luas, misalnya
dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya sangat banyak dikontrol oleh pamong
desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan “top leader” yang mengelola
pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat dan keagamaan. Selain
pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat dikatakan sebagai kelompok elite,
yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut selalu di dalam proses pengambilan
keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan perkembangan desa yang
bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene Nida, menggambarkan struktur masyarakat
yang demikian sebagai masyarakat suku atau agraris.
Perbedaan status di antara kelompok elite dengan masyarakat umum
dapat terjadi berdasarkan status kedudukan, pendidikan, ekonomi, prestige
sosial dan kuasa. Robert Wessing, yang telah meneliti masyarakat Jawa Barat
mengatakan bahwa ada kelompok
“in group” dan
“out group” dalam struktur masyarakat. Kaum memandang sesamanya sebagai
“in group” sedang di luar status mereka dipandang sebagai “out group.
W.M.F. Hofsteede, dalam disertasinya Decision-making
Process in Four West Java Villages (1971) juga menyimpulkan bahwa ada
stratifikasi masyarakat ke dalam kelompok elite dan massa. Elite setempat
terdiri dari lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat, guru, tokoh-tokoh
politik, agama dan petani-petani kaya. Selanjutnya, petani menengah, buruh
tani, serta pedagang kecil termasuk pada kelompok massa. Informal
leaders, yaitu mereka yang tidak mempunyai jabatan resmi di desanya sangat
berpengaruh di desa tersebut, dan diakui sebagai pemimpin kelompok khusus atau
seluruh desa.
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam lingkungan kerabat atau
keluarga dalam masyarakat Sunda menempati kedudukan yang sangat penting. Hal
itu bukan hanya tercermin dari adanya istilah atau sebutan bagi setiap tingkat
hubungan itu yang langsung dan vertikal (bao, buyut, aki,
bapa, anak, incu) maupun yang tidak langsung dan horisontal (dulur,
dulur misan, besan), melainkan juga berdampak kepada masalah ketertiban dan
kerukunan sosial. Bapa/indung, aki/nini, buyut, bao menempati
kedudukan lebih tinggi dalam struktur hubungan kekerabatan (pancakaki)
daripada anak, incu, alo, suan. Begitu pula lanceuk (kakak)
lebih tinggi dari adi (adik), ua lebih tinggi
dari paman/bibi. Soalnya, hubungan kekerabatan seseorang dengan orang lain akan
menentukan kedudukan seseorang dalam struktur kekerabatan keluarga besarnya,
menentukan bentuk hormat menghormati, harga menghargai, kerjasama, dan saling
menolong di antara sesamanya, serta menentukan kemungkinan terjadi-tidaknya
pernikahan di antara anggota-anggotanya guna membentuk keluarga inti baru.
Pancakaki dapat pula
digunakan sebagai media pendekatan oleh seseorang untuk mengatasi kesulitan
yang sedang dihadapinya. Dalam hubungan ini yang lebih tinggi derajat pancakaki-nya
hendaknya dihormati oleh yang lebih rendah, melebihi dari yang sama dan lebih
rendah derajat pancakaki-nya
C. MAKANAN KHAS SUNDA
1. Tahu Sumedang
Sesuai dengan
namanya, makanan ini merupakan makanan olahan tahu khas Sumedang yang biasa
dicampur dengan cabai, ataupun yang lainnya.
2. Karedok
Merupakan makanan khas daerah di Indonesia.
Karedok dibuat dengan bahan-bahan sayuran mentah antara lain; ketimun, tauge,
kol, kacang panjang, daun kemangi, dan terong. Sedangkan sausnya adalah bumbu
kacang yang dibuat dari cabai merah, bawang putih, kencur, kacang tanah, air
asam, gula jawa, garam, dan terasi.
3. Perkedel Bondon
Perkedel kentang yang
dimasak atau digoreng di atas tungku api, dan bahan bakan untuk menyalakan
api/baranya menggunakan kayu atau arang. Mungkin cara memasaknya ini lah yang
membuat perkedel ini sangat nikmat disajikan panas panas dan dengan sambal saja
sudah cukup untuk menemani nasi sebagai lauk untuk bersantap.
4. Gepuk
Gepuk adalah makanan
khas Jawa Barat yang terbuat dari daging sapi,terasa sedikit manis dan gurih.
Biasanya gepuk dibuat dengan daging sapi,yang diiris searah dengan serat daging
dan direbus setengah mateng, kemudian di pukul pukul hingga agak empuk. Daging
yang sudah empuk direndam kedalam bumbu yang dicampur dengan santan.kemudian
direbus kembali hingga air santan menyusut.Jika akan disajikan gorenglah gepuk
dengan sedikit minyak hingga kecokelatan dan angkat.Gepuk akan lebih enak di
santap dengan nasi hangat dan sambel yang kami sediakan.
D. RUMAH ADAT SUNDA
Dalam
masyarakat Sunda buhun (kuno) dikenal beberapa jenis bangunan
rumah, Pada umumnya bangunan rumah adat sunda bentuknya panggung, yang
kaki-kakinya (tatapakan, istilah sunda) terbuat dari batu persegi (balok) dalam
bahasa Sunda disebut batu tatapakan. Untuk tihang (tiang) mengunakan kayu.
Bagian bawah/lantai menggunakan papan kayu atau palupuh/talupuh dari bambu.
Dindingnya memakai anyaman bambu (bilik) atau papan kayu.
E. BAJU
ADAT KHAS SUNDA
Pakaian
Adat Jawa Barat Dalam gaya berpakaian, masyarakat suku Sunda mengenal beberapa
jenis baju adat yang didasarkan pada fungsi, umur, atau tingkatan sosial
kemasyarakatan pemakainya. Berdasarkan tingkat strata sosial pemakai misalnya,
pakaian adat Jawa Barat dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu pakaian rakyat
jelata, kaum menengah, dan para bangsawan.
1. Pakaian Adat untuk Rakyat Jelata
Bagi rakyat jelata, laki-laki Sunda pada masa silam selalu
mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Mereka mengenakan celana komprang
atau pangsi yang dilengkapi dengan sabuk kulit atau kain. Sebagai atasan, baju
kampret atau baju salontren yang dilengkapi sarung poleng yang diselempangkan
menyilang di bahu tak pernah lepas dalam menjalani keseharian. Pakaian adat
Sunda tersebut juga akan dilengkapi dengan penutup kepala bernama ikat logen
model hanjuang nangtung atau barangbang semplak dan alas kaki berupa
tarumpah atau terompah dari kayu.
Untuk para wanita, pakaian adat Jawa Barat yang dikenakan
juga terbilang sederhana. Perlengkapan seperti sinjang kebat (kain batik
panjang), beubeur (ikat pinggang), kamisol (kutang atau BH), baju kebaya, dan
selendang batik merupakan pilihan utama. Sebagai riasan pelengkap, gaya pakaian
tersebut juga akan disertai dengan hiasan rambut yang digelung jucung
(disanggul kecil ke atas), aksesoris berupa geulang akar bahar (gelang akar
bahar), ali meneng (cincin polos), suweng pelenis (giwang bundar), dan alas
kaki berupa sendal keteplek (sendal jepit).
2. Pakaian Adat untuk
Kaum Menengah
Beda kelas, beda pula tampilannya. Untuk mereka yang
terbilang kaum menengah dalam strata sosial, penggunaan pakaian adat Jawa Barat
dikhususkan dengan tambahan beberapa pernik. Para pria selain akan menggunakan
baju bedahan putih, kain kebat batik, alas kaki sandal tarumpah, sabuk
(beubeur), dan ikat kepala, mereka juga akan mengenakan arloji rantai emas yang
digantungkan di saku baju sebagai kelengkapan berbusana.
Sementara untuk para
wanitanya, pakaian adat Jawa Barat yang dikenakan adalah kebaya beraneka warna
sebagai atasan, kain kebat batik beraneka corak sebagai bawahan, beubeur(ikat
pinggang), selendang berwarna, alas kaki berupa selop atau kelom geulis, dan
perhiasan berupa kalung, gelang, giwang, dan cincin yang terbuat dari perak
atau emas.
3. Pakaian Adat untuk Bangsawan
Bagi para bangsawan atau menak, pakaian yang digunakan adalah simbol keagungan. Oleh karenanya, dari segi desain, pakaian ini terlihat sebagai pakaian adat Jawa Barat yang paling rumit dan estetik.
Bagi para bangsawan atau menak, pakaian yang digunakan adalah simbol keagungan. Oleh karenanya, dari segi desain, pakaian ini terlihat sebagai pakaian adat Jawa Barat yang paling rumit dan estetik.
Bagi para pria bangsawan, pakaian adat Sunda yang mereka
kenakan terdiri dari jas tutup berbahan beludru hitam yang disulam benang emas
menyusuri tepi dan ujung lengan, celana panjang dengan motif sama, kain dodot
motif rengreng parang rusak, benten atau sabuk emas, bendo untuk tutup kepala,
dan selop hitam sebagai alas kaki. Sedangkan untuk para wanita, pakaian adat
Jawa Barat yang dikenakan kebaya beludru hitam bersulam benang emas, kain kebat
motif rereng, dan alas kaki berupa sepatu atau selop berbahan beludru hitam
bersulam manik-manik. Tak lupa beberapa pernik perhiasan juga dikenakan seperti
tusuk konde emas untuk rambut yang disanggul, giwang, cincin, bros, kalung,
gelang keroncong, peniti rantai, dan beberapa perhiasan lain yang terbuat dari
emas bertahta berlian.
Adat istiadat yang diwariskan leluhurnya pada
masyarakat Sunda masih dipelihara dan dihormati.
Dalam daur hidup manusia dikenal upacara-upacara yang bersifat ritual adat
seperti: upacara adat Masa Kehamilan, Masa Kelahiran, Masa Anak-anak,
Perkawinan, Kematian dll. Demikian juga dalam kegiatan pertanian dan keagamaan
dikenal upacara adat yang unik dan menarik. Itu semua ditujukan sebagai
ungkapan rasa syukur dan mohon kesejahteraan dan keselamatan lahir bathin dunia
dan akhirat. Beberapa kegiatan upacara adat di Jawa Barat dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Upacara Adat Masa Kehamilan
· Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila
seorang perempuan baru mengandung 2 atau 3 bulan belum disebut hamil, masih
disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil. Upacara mengandung
Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan
kerabat bahwa perempuan itu sudah betul-betul hamil.
Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan selamat.
Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan selamat.
· Upacara Mengandung Tujuh
Bulan/Tingkeban
Upacara Tingkeban adalah upacara yang
diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan
agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat.
Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu yang sedang
mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh
hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang
dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak
diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan pengajian biasanya membaca
ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman&suratMaryam.
Di samping itu dipersiapkan pula
peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil , dan yang utama adalah rujak
kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi
dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara
bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian
setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh
dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal ini dimaksudkan
agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti belut).
Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh
wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang
dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan
kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah
perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan
keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah selesai dimandikan biasanya
ibu hamil didandani dibawa menuju ke tempat rujak kanistren tadi yang sudah
dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual rujak itu kepada anak-anak dan para
tamu yang hadir dalam upacara itu, dan mereka membelinya dengan menggunakan
talawengkar, yaitu genteng yang sudah dibentuk bundar seperti koin. Sementara
si ibu hamil menjual rujak, suaminya membuang sisa peralatan mandi seperti air
sisa dalam jajambaran, belut, bunga, dsb. Semuanya itu harus dibuang di jalan
simpang empat atau simpang tiga. Setelah rujak kanistren habis terjual
selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.
· Upacara Mengandung Sembilan
Bulan
Upacara sembilan bulan dilaksanakan
setelah usia kandungan masuk sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan
pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat lahir dengan selamat
karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuat bubur, sebagai simbol
dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan waktu melahirkan. Bubur ini
biasanya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
G. KESENIAN SUKU SUNDA
· Wayang
Golek
Wayang golek mirip dengan wayang
kulit ya. Tapi 2 jenis wayang ini ternyata berbeda bentuk lho. Wayang itu
sendiri mengandung arti boneka tiruan manusia yang terbuat dari pahatan kayu
atau kulit. Nah, sekarang tau kan perbedaan wayang kulit dan wayang golek.
Dalam pertunjukan wayang golek, sang dalang selalu menggunakan bahasa
daerahnya., Ciri-ciri kesenian wayang adalah selalu membutuhkan bantuan Dalang
yaitu sebutan untuk orang yang mengendalikan para wayang. 1 dalang bisa
memainkan 4-10 karakter wayang.
· Tari Jaipongan
Jaipongan adalah jenis
tarian traidisional Sunda, tepatnya dari Karawang. Lahir dari tangan kreatif H.
Suanda pada tahun 1976. Tarian Jaipongan adalah campuran dari seni lain seperti
pencak silat, topeng banjet, ketuk tilu, wayang golek dan lain-lain. Tarian ini
sangat pesat berkembangnya, musiknya pun diiringi oleh
degung, ketuk, rebab, gendang, kecrek, sinden, dan goong. Cocok
ya, tari tradisional iringan musiknya juga tradisional, pakaiannya pun
menggunakan pakaian tradisional Sunda yang terdiri dari sampur, apok dan
sinjang. Biasanya penari berlenggak lenggok mengikuti instrumen musiknya. Walau
terdengar gampang, sebenarnya tarian ini lebih susah karena membutuhkan
kelenturan tubuh.
· Degung
Degung merupakan sebuah kesenian
sunda yang biasany dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini
digunakan sebagai musik pengiring/pengantar.
Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.
Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.
Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.
Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.
· Rampak
Gendang
Rampak Gendang merupakan kesenian yang berasal dari Jawa
Barat. Rampak Gendang ini adalah pemainan menabuh gendang secara bersama-sama
dengan menggunakan irama tertentu serta menggunakan cara-cara tertentu untuk
melakukannya, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang yang telah
mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang. Biasanya rampak gendang ini
diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.
· Calung
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Calung,
calung ini adalah kesenian yang dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu
yang telah dipotong dan dibentuk sedemikian rupa dengan pemukul/pentungan kecil
sehingga menghasilkan nada-nada yang khas.
Biasanya calung ini ditampilkan dengan dibawakan oleh 5
orang atau lebih. Calung ini biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian
sunda atau pengiring dalam lawakan.
· Pencak
Silat
Pencak silat merupakan kesenian yang berasal dari daerah
Jawa Barat, yang kini sudah menjadi kesenian Nasional. Pada awalnya pencak
Silat ini merupakan tarian yang menggunakan gerakan tertentu yang gerakannya
itu mirip dengan gerakan bela diri. Pada umumnya pencak silat ini dibawakan
oleh dua orang atau lebih, dengan memakai pakaian yang serba hitam, menggunakan
ikat pinggang dari bahan kain yang diikatkan dipinggang, serta memakai ikat
kepala dari bahan kain yang orang sunda menyebutnya Iket. Pada umumnya kesenian
pencaksilat ini ditampilkan dengan diiringi oleh musik yang disebut gendang
penca, yaitu musik pengiring yang alat musiknya menggunakan gendang dan
terompet.
· Sisingaan
Sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah
Subang Jawa barat. Kesenian ini ditampilkan dengan cara menggotong patung yang
berbentuk seperti singa yang ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh
empat orang serta diiringi oleh tabuhan gendang dan terompet. Kesenian ini
biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah.
· Kuda
Lumping
Kuda Lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain,
karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan
memainkannya seperti kesurupan.
Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah
kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan
tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang
memerankannya akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang
memerankannya akan dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya kesenian
ini dipimpin oleh seorang pawang. Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam
memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan kesenian
yang cukup berbahaya.
· Bajidoran
Bajidoran merupakan sebuah
kesenian yang dalam memainkannya hampir sama dengan permainan musik modern,
cuma lagu yang dialunkan merupakan lagu tradisional atau lagu daerah Jawa Barat
serta alat-alat musik yang digunakannya adalah alat-alat musik tradisional Jawa
Barat seperti Gendang, Goong, Saron, Bonang, Kacapi, Rebab, Jenglong serta
Terompet. Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah panggung dalam acara
pementasan atau acara pesta.
· Cianjuran
Cianjuran merupakan kesenian khas Jawa Barat.
Kesenian ini menampilkan nyanyian yang dibawakan oleh seorang penyanyi, lagu
yang dibawakannya pun merupakan lagu khas Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat
memberikan nama lain untuk nyanyian Cianjuran ini yaitu Mamaos yang artinya
bernyanyi.
· Kacapi
Suling
Kacapi suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa
Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang hanya menggunakan Kacapi dan
Suling. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda
yang pada umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi
perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden.
· Reog
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Reog,
kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan bodoran, serta diiringi dengan musik
tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa
orang yang mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan
dengan membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan
adalah cerita lucu atau lelucon.
H. BAHASA
Bahasa yang
digunakan oleh suku ini adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda adalah bahasa yang
diciptakan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai
alat pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa
Sunda merupakan bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai
identitas Suku Sunda yang merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada
di Indonesia.
I. MATA PENCAHARIAN
Suku Sunda
umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atauhidup berpisah
dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal
meningkatkan taraf hidup. Menurut data dari Bappenas (kliping Desember 1993) di
Jawa Barat terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat
disebabkan oleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah
pengembangan sumber daya manusia yang berupa pendidikan, pembinaan, dll.
J. SISTEM
KEPERCAYAAN
Hampir semua
orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak beragama Islam,
diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Banten Tetapi juga ada yang
beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha. Selatan. Praktek-praktek sinkretisme
dan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda
ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam semesta.Keseimbangan magis
dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial
dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik
dalam kepercayaan Sunda, adalah lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh
budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang
menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam dunia untuk memelihara
kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata). Ini mungkin bisa
menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.
Komentar
Posting Komentar